Mengenai Saya

Jakarta, Indonesia
Alamat Jl. Kayu Jati Raya Rawamangun e-mail: manperda@gmail.com Jakarta Timur Blog ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah APLIKOM. Apa yang kami tampilkan dalam blog ini hanya untuk sarana belajar. Kami tidak benar-benar menerima order apapun dari pengunjung blog. Terimakasih

Kamis, 22 Juli 2010

Tips Merawat Tato


Tattoo atau Tattoo Art, adalah seni menghias tubuh layaknya kanvas yang akan digambar sesuai dengan keinginan. Walau sudah lama dikenal, namun hingga kini Tattoo Art tetap menjadi sebuah fenomena yang membawa pro dan kontra unik tersendiri.

Trend GayaHidup Seiring dengan perkembangan jaman, dimana pandangan seseorang atas Art Tattoo ini juga ikut berubah. Kini tato di Indonesia menjadi trend yang fenomena dengan terlihat adanya peningkatan pemujanya, bahwa Art Tattoo adalah sebuah seni yang kian hidup menjadi sebuah gaya hidup yang mengikat. Banyaknya Tattoos Galery menunjukan bahwa perkembangan tato mendapat tempat di kalangan masyarakat kota.

Berkembangnya trend tato di Indonesia ( Tattoo Jakarta) juga dapat terlihat dari masuknya seni menghias tubuh ini di kalangan para professional ( Tatto Galery). Sebut saja beberapa entertainer, model, para selebritis nasional lain kini mulai melengkapi ciri khas dirinya melalui tato ( Tatto Galery). Seni tato mulai berkembang, bila awalnya dikenal sebagai wujud jati diri, kini tato beralih sebagai pelengkap gaya hidup ( Tattoo Jakarta).

Merawat tato baru sebenarnya mudah, asalkan anda mengikuti instruksi perawatan yang seharusnya. Di bawah ini akan diberikan tips secara umum bagaimana jika harus mencuci tato baru anda, menjaganya agar tetap bersih dan tidak mudah terinfeksi.

1. Selalu cuci tangan sebelum menyentuh luka tato anda, untuk menghindari infeksi pada kulit yang terbuka.

2. Cuci tato anda antara 2 sampai 3 kali setiap hari dengan menggunakan sabun khusus tato atau jika tidak ada, gunakan saja sabun lembut atau sabun bayi.

3. Usapkan busa sabun lembut dengan menggunakan jari anda yang bersih, jangan menggunakan handuk atau kain lap.

4. Hilangkan sabun dari tato anda dengan cara membasuh busa sabun di bawah air mengalir.

5. Jangan menggosok tato keras-keras dengan menggunakan handuk, cukup ditekan-tekan dengan lembut bagian yang basah dan selebihnya biarkan mengering dengan sendirinya

dikutip dari: http://id.88db.com

Budaya Tattoo




Sering kali masyarakat menyalah artikan tentang tato dan piercing. Kebanyakan masyarakat saat ini merasa bahwa tato dan piercing adalah hal yang pantas untuk ditentang dan dihindari serta para orang bertato dan bertindik atau yang biasa disebut kolektor ini pun mendapat image yang negative dari masyarakat. Padahal sejarah tato dan piercing yang pada kenyataannya adalah kebudayaan lama masyarakat dunia bahkan di Indonesia sendiri kepada para masyarakat.

Memang bukti-bukti sejarah tato ini kurang begitu jelas, namun para ahli mengambil kesimpulan bahwa seni tato sudah ada sejak 12.000 tahun SM. Jaman dulu tato digunakan untuk semacam ritual bagi suku-suku kuno seperti Maori, Inca, Ainu, Polynesians, dan lain-lain. Konon menurut sejarahnya, tato pada awalnya ditemukan di Mesir pada waktu pembangunan The Great Pyramids. Dan kemudian orang-orang Mesir memperluas kerajaan mereka dikuti dengan menyebarnya seni tato. Perkembangan peradaban dari Crete, Yunani, Persia, dan Arabia semakin memperluas bentuk seni tersebut. sekitar tahun 2000 SM, seni tato menyebar ke Tiongkok. Dan kata tato sendiri berasal dari bahasa Tahitian yaitu “tutu”, yang berarti “tanda/menandakan sesuatu”.

Di Indonesia sendiri acap kali para pencinta tato ini menjadi kaum marjinal. Apalagi ketika jaman Orde Baru dan munculnya PETRUS (Penembak Misterius) yang memburu orang bertato. Saat itu orang yang bertato dianggap sebagai preman, criminal, penjahat, dan sebagainya. Sehingga waktu itu banyak orang yang bertato ingin menghapus seluruh tato yang ada ditubuhnya agar terhindar dari Petrus.

Namun dalam perkembangannya sampai saat ini stigma masyarakat tersebut mulai berkurang, meskipun masih ada. Tato mulai dianggap sebagai fesyen, karena tato bisa mempercantik dan menambah rasa percaya diri seseorang atau sebagai aksesoris tubuh. Komunitas tato dan piercing juga mulai banyak. Ditambah lagi dengan maraknya studio-studio tato dan di piercing di beberapa kota besar seperti Bali, Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta.

Tato adalah bagian dari seni, bukan lagi untuk dunia kekerasan dan kriminalitas. Tato sebuah ajang ekspresi seseorang, baik si artist (pembuat tato) atau pecinta tato sendiri. Layaknya lukisan, tato sendiri mempunyai makna dibalik sebuah gambarnya. Dan adalah tugas para pecinta tato dan piercing untuk membuat
dan mempertahankan image postif di kalangan masyarakat.

dikutip dari: http://www.magicwave.org

Kehidupan Tato saat ini...


Seni tato sekarang ini menempati suatu kedudukan khusus dan menjadi pilihan di dunia fashion ¹. Tato dapat disejajarkan sebagai sebuah aksesori pelengkap gaya berpakaian masyarakat sekarang ini, terutama di kalangan anak muda di kawasan urban. Sebagian masyarakat masih ada yang menganggap tabu, tapi memiliki tato adalah selayaknya memakai “pakaian lain” dalam pakaian menurut sebagian penikmat tato.

Gaya ini juga muncul dari gembar-gembor media massa yang menampilkan figur publik yang memiliki tato di tubuhnya, seperti artis-artis yang sering kita lihat di televisi, terutama rocker-rocker Barat seperti Guns n’ Roses, Motley Crue, Red Hot Chili Pepper, dan lain-lain. Dan umumnya kawula muda kota-kota besar di Indonesia rela menjadi epigon penyandang tato gaya artis-artis tersebut. Idola dalam hal ini adalah seseorang yang menjadi sumber inspirasi untuk menunjukkan jati diri. Proses tahapan pengaruh idola terhadap pengikut atau pengadopsi tentunya akan melewati berbagai tahapan, yakni ; interest stage (terpesona / tertarik model penampilan seseorang), kemudian evaluation stage (mengevaluasi perlu / tidaknya melakukan peniruan), trial stage (mencoba menirukan bagian yang menarik hatinya), dan yang terakhir adalah adoption stage (mengambil keputusan, meniru sang idola) (Olong, 2006:47).

Selain anak-anak muda, banyak orang yang “lebih dewasa” pun memilih untuk mempunyai tato di tubuhnya, sebagai pelengkap fashion dan mengikuti tren yang ada karena tren fashion dalam industri budaya pop berlaku bagi siapapun dan memasyarakat. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama dalam bergaya, tergantung dari pilihan-pilihan individual masing-masing. Semua orang boleh menunjukkan gayanya yang khas sebagai sebuah self image yang akan dikenakannya untuk dijadikan performa dalam bermasyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Idy Subandi Ibrahim sebagai pengantar dari buku Lifestyles : Sebuah Pengantar Komprehensif (David Chaney, 2003) bahwa “kita bergaya, maka kita ada”.

TATTO DAN PERUBAHAN SOSIAL

Seni tato bergerak dan berubah dalam berbagai bentuk dan pemaknaan. Mulai dari fungsi-fungsi tradisional yang religius sebagai simbol status, kemudian ada masa ketika orang bertato harus ditembak mati, sampai akhirnya tato dianggap sebagai tren fashion sekarang. Pemaknaan itu merupakan hal yang menjadi sudut pandang dari masyarakat. Bagaimana kondisi sosial menentukan nilai bagi subjek-subjek material seperti tato yang akan memberi pengaruh secara langsung terhadap penggunanya. Perubahan sosial masyarakat dalam memaknai tato ini berkaitan dengan kepentingan yang ada saat ini. Kemudian, bila dilihat secara antropologis maka pemaknaan dan fungsi dari tato ini berkaitan dengan teori struktural fungsional. Secara struktural, penggunaan tato berpengaruh pada tingkat kelompok masyarakat tertentu. Misalnya, penggunaan tato pada masyarakat Mentawai tentu memiliki makna tersendiri. Tato merupakan roh kehidupan.

Tato memiliki empat kedudukan pada masyarakat ini, salah satunya adalah untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi. Tato dukun sikerei, misalnya, berbeda dengan tato ahli berburu. Ahli berburu dikenal lewat gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, kera, burung, atau buaya. Tato juga dipakai oleh kepala suku (rimata) Selain itu, bagi masyarakat Mentawai, tato juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Dalam masyarakat itu, benda-benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh. Tato, juga dipakai pada seniman tato (sipatiti) . Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh media akhirnya stigma mengenai tato (bahwa tato=penjahat, kriminalitas, dan lain-lain) mulai berkurang. Karena masyarakat sendiri yang menilai bahwa tato tidak selamanya seperti itu.

Perubahan nilai terhadap tato ini sangat dipengaruhi juga karena konstruksi kebudayaan yang dianut oleh masyarakat. Kita harus memperhatikan konteks yang ada pada zaman ini. Tato tradisional mungkin menjadi sesuatu yang bersifat religius dan magis karena gambar yang digunakan berupa simbol-simbol yang terkait dengan alam dan kepercayaan masyarakat. Kemudian ada suatu masa ketika tato tersebut menyandang stigma yang negatif. Seperti pada kelompok Yakuza di Jepang, mereka menggunakan horimono (tato tradisional Jepang) pada tubuhnya. Karena organisasi Yakuza ini sering terlibat dengan hal-hal kriminal (seperti perjudian, narkoba), maka masyarakat terkonstruksi untuk melihat tato sebagai hal yang negatif.

Lain halnya dengan perkembangan tato saat ini. Meskipun masih ada yang menganggap tato berkaitan dengan hal yang negatif dan cenderung menyakiti diri sendiri tapi seiring perkembangan zaman, masyarakat mulai memahami tato sebagai simbol-simbol ekspresi seni dan sebagainya sehingga pemakaian tato lebih cenderung ke arah populer. Berawal dari pemberontakan terhadap stigma negatif, memang, namun hal ini dapat dipandang sebagai counter culture yang memberi perubahan dan variasi dalam kehidupan masyarakat.

Dilihat secara artistik, tato memang memiliki fungsi estetika. Tato dipandang sebagai wujud ekspresi seni. Meski begitu, bagi orang Mentawai atau Dayak, tato tetap memiliki fungsi sosial bukan hanya sebagai ekspresi seni tetapi fungsi religi dan politik (yaitu untuk menunjukkan kedudukan sosialnya ). Seperti yang dikatakan oleh William F.Ogburn, bahwa ada berbagai cara dalam perubahan budaya material dan non material.

Perubahan dalam budaya material seringkali dianggap memiliki karakter progresif. Sedangkan dalam arena budaya non material, seperti pengetahuan, kepercayaan, norma dan nilai seringkali tidak menggunakan standar yang umum. Seperti pemaknaan tato yang sebenarnya juga tergantung pada interpretasi dari individu itu sendiri. Tato yang pada awalnya hanya digunakan sebagai simbol kekuasaan dan kedudukan sosial, sampai akhirnya tato dijadikan sebagai tren fashion.

Jadi, penilaian bahwa tato itu baik atau buruk tergantung dari kondisi sosial yang ada. Fungsi sosial tato pada masyarakat tradisional dengan masyarakat urban juga berbeda. Bila pada masyarakat tradisional, tato memiliki fungsi religius politis, tetapi pada masyarakat urban fungsi tato lebih cenderung ke art. Maka, bukanlah hal aneh bila seorang Nafa Urbach atau Tora Sudiro dengan PD-nya memperlihatkan tato-nya kepada khalayak umum. Karena menurut mereka penyuka tato, tato adalah seni dan itu terlepas dari apakah tato memiliki unsur religius-magis atau tidak, yang jelas itu semua tergantung pada interpretasi masyarakat atas pemaknaan tato tersebut. Karena “kita bergaya,maka kita ada”

dikutip dari: http://www.indonesiansubculture.com

Indahnya Tatoo Di Tubuh Wanita



Indahnya Tatoo Di Tubuh Wanita
Tattoo Keren dan SEXY di Tubuh Wanita


SENI menghias tubuh atau yang lebih dikenal dengan tato memang sudah menjadi tren di kalangan pria sejak dulu kala. Namun kini, tak sedikit wanita yang rela menghias tubuhnya dengan beragam bentuk variasi tato yang unik dan cantik.

Bagi sebagian wanita yang tubuhnya ditato, mereka beralasan tato cantik tentu menawarkan sebuah keindahan. Sebagian lagi beranggapan bahwa tato menjadi bagian dalam hidupnya.

Menurut berita yang dilansir Health24, Llieze Ellick, selaku ahli tindik mengungkapkan, "Ada beragam alasan mengapa seseorang memilih menghiasi tubuhnya dengan tato. Menurut saya, tato sifatnya pribadi. Mungkin ada dari mereka yang ditato ingin mencoba pengalaman baru dalam hidupnya. Tato merupakan wujud dari ekspresi diri yang bisa membuat sebagian orang terpana."

tatoo,hampir mirip dengan seni Body painting,akan tetapi biasanya Tatoo hanya merupakan motif simbolis,yang di tuangkan atau di lukiskan pada bagian organ tubuh kita.
Banyak Pro dan Kontra tentang image orang bertatoo,kebanyakan masyarakat menganggap kalau ada orang bertatoo image nya selalu kearah negatif.Bisa di bilang orang bertatoo itu Premanlah,berandalanlah,pokoknya selalu mengarah ke Image Negatif.Dan kebanyakan yang bertatoo adalah kaum laki-laki,selain menambah penampilan jadi Manly juga Macho.

dikutip dari: http://www.forumkami.com

TATTOO ANTARA POLITIK DAN KEINDAHAN TUBUH


Link : Indonesian Cubculture

Nuraini Juliastuti dan Antariksa

Pada sistem budaya yang berlainan, tatto mempunyai makna dan fungsi yang berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, pernah ada masa dimana tatto dianggap sebagai sesuatu yang buruk. Orang-orang yang memakai tatto dianggap identik dengan penjahat, gali dan orang nakal. Pokoknya golongan orang-orang yang hidup di jalan dan selalu dianggap mengacau ketentraman masyarakat.

Anggapan negatif seperti ini secara tidak langsung mendapat “pengesahan” ketika pada tahun 80-an terjadi pembunuhan misterius terhadap ribuan orang gali (penjahat kambuhan) di berbagai kota di Indonesia. Soeharto (mantan presiden) dalam otobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (PT. Citra Lamtorogung Persada, Jakarta, 1989) , mengatakan bahwa petrus (penembakan misterius) itu memang sengaja dilakukan sebagai treatment, tindakan tegas terhadap orang-orang jahat yang suka mengganggu ketentraman masyarakat.

Bagaimana cara mengetahui bahwa seseorang itu penjahat dan layak dibunuh? Brita L. Miklouho-Maklai dalam Menguak Luka Masyarakat: Beberapa Aspek Seni Rupa Indonesia Sejak Tahun 1966 (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997) menyebutkan bahwa para penjahat kambuhan itu kebanyakan diidentifikasi melalui tatto, untuk kemudian ditembak secara rahasia, lalu mayatnya ditaruh dalam karung dan dibuang di sembarang tempat seperti sampah.

Tidak semua orang bertatto itu penjahat memang. Tapi mengapa sampai terjadi generalisasi seperti itu? Apa kira-kira dasar alasannya? Apakah dulu kebetulan pernah ada seorang penjahat besar yang punya tatto dan itu lalu dipakai sebagai ciri untuk menggeneralisir bahwa semua orang yang bertatto pasti penjahat juga? Sayangnya belum ada studi mendalam yang bisa menguak pergeseran makna tatto dari ukiran dekoratif sebagai penghias tubuh dan simbol-simbol tertentu menjadi tanda cap bagi para penjahat.

Tapi yang jelas telah terjadi “politisasi tubuh”. Tubuh dipolitisir, dijadikan alat kendali untuk kepentingan negara. Dalam kasus petrus di Indonesia, tubuh yang bertatto dipakai sebagai alat kendali, suatu alasan untuk menjaga stabilitas negara. Untuk tingkat dunia, bisa disebut beberapa contoh kasus politik tubuh besar sepanjang sejarah peradaban manusia. Orang-orang kulit putih menerapkan sistem politik apartheid di Afrika Selatan hanya karena orang-orang Afrika “berkulit hitam”. Dari Jerman, Hitler dengan Nazi-nya membantai orang-orang Yahudi hanya karena di dalam tubuh orang Yahudi tidak mengalir darah Arya, darah tubuh manusia yang paling sempurna yang pernah diciptakan Tuhan di bumi ini menurut Hitler.

Sebelum tatto dianggap sebagai sesuatu yang modis, trendi dan fashionable seperti sekarang ini, tatto memang dekat dengan budaya pemberontakan. Anggapan negatif masyarakat tentang tatto dan larangan memakai rajah atau tatto bagi penganut agama tertentu semakin menyempurnakan imej tatto sebagai sesuatu yang: dilarang, haram, dan tidak boleh. Maka memakai tatto sama dengan memberontak terhadap tatanan nilai sosial yang ada, sama dengan membebaskan diri terhadap segala tabu dan norma-norma masyarakat yang membelenggu. Prang-orang yang dipinggirkan oleh masyarakat memakai tatto sebagai simbol pemberontakan dan eksistensi diri. Anak-anak yang disingkirkan oleh keluarga memakai tatto sebagai simbol pembebasan…

Setiap jaman melahirkan konstruksi tubuhnya sendiri-sendiri. Dulu tatto dianggap jelek, sekarang tatto dianggap sebagai sesuatu yang modis dan trendi. Kalau era ini berakhir, entah tatto akan dianggap sebagai apa. Mungkin status kelas sosial, mungkin sekedar perhiasan, atau yang lain.

dikutip dari:http://riyano.wordpress.com

Selasa, 20 Juli 2010

PETUNJUK UMUM SEBELUM MELAKUKAN PROSES TATTOO


1. Ikuti prosedur umum dan peraturan yang ditetapkan oleh Tattoo Artist anda, berkonsultasilah terlebih dahulu serta dapatkan informasi selengkap-lengkapnya seputar Tattoo yang anda inginkan. Berpikirlah secara matang menjaga agar tidak terjadi kemungkinan adanya penyesalan dikemudian hari. Bagi anda yang berumur dibawah standar ketetapan yang dikeluarkan oleh Tattoo Artist anda, diharuskan membawa surat persetujuan dari orang tua/wali sebelum anda melakukan proses Tattoo.

2. Perhatikan dengan benar alat-alat yang akan digunakan oleh Tattoo Artist anda dalam melakukan prosesnya, apakah sudah didesinfeksikan dengan bersih dan steril? tidak terkontaminasi oleh berbagai macam bentuk kuman dan bakteri, agar anda terbebas dari berbagi macam penyakit yang cukup serius. Untuk anda yang mempunyai permasalahan serius dengan kulit yang cukup sensitif, disarankan untuk memeriksakan diri anda terlebih dahulu kepada Dokter spesialis (bila diperlukan), atau tanyakan langsung pada Tattoo Artist anda.

3. Untuk lebih mempermudah jalannya proses tattoo, usahakan kondisi dan kesehatan tubuh anda harus dalam keadaan normal dan stabil, cukup tidur dan makan, terbebas dari pengaruh Alkohol (minuman keras) dan Narkoba (obat-obatan terlarang dan sejenisnya), menjaga agar tidak terjadi permasalah yang cukup serius pada saat proses pengerjaan.

dikutip dari: http://enorockz.wordpress.com

Tato pada Masyarakat Mentawai


TATO bagi masyarakat modern mungkin lebih condong mengandung unsur seni keindahan tubuh. Namun, tidak cukup demikian bagi masyarakat adat di Tanah Air yang juga sudah mengenal tato sejak dahulu kala. Dalam masyarakat Dayak, tato merupakan tradisi yang diperlakukan turun-temurun. Di Kalimantan Barat, wanita Dayak Kayan dan Kenyah mengenakan lebih banyak tato pada tangan dan kakinya untuk mempercantik diri.

Lain halnya bagi orang Mentawai, tato tak hanya berfungsi untuk keindahan tubuh, tetapi juga lambang yang menunjukkan posisi atau derajat orang yangmemakainya. Tato yang oleh orang Mentawai disebut titi mulai dikenal sejak orang Mentawai datang antara tahun 1.500 sampai 500 SM. Mereka adalah suku bangsa protomelayu yang datang dari Yunan, kemudian berbaur dengan budaya Dongson.

Hasil penelitian Ady Rosa berjudul Fungsi dan Makna Tato Mentawai menyimpulkan, ada tiga fungsi tato bagi orang Mentawai. Pertama, sebagai tanda-kenal wilayah dan kesukuan, atau semacam kartu tanda penduduk (KTP). Kedua, sebagai status sosial dan profesi. Motif yang digambarkan tato ini menjelaskan profesi si pemakai, misalnya sikerei (tabib dan dukun), pemburu binatang, atau orang awam. Terakhir, sebagai hiasan tubuh atau keindahan. Ini tergambar lewat mutu dan kekuatan ekspresi si pembuat tato (disebut sipatiti) melalui gambar-gambar yang indah.

Di Mentawai diperkirakan ada sekitar 160 motif tato yang masing-masing berbeda. Setiap orang Mentawai, baik laki-laki maupun perempuan, bisa memakai belasan tato di sekujur tubuhnya. Pembuatan tato sendiri melewati proses ritual, karena bagian dari kepercayaan Arat Sabulungan (kepercayaan kepada roh-roh). Bahan-bahan dan alat yang digunakan didapat dari alamsekitarnya.

Hanya jarum yang digunakan untuk merajah yang merupakan besi dari luar. Sebelum ada jarum, alat pentato yang dipakai adalah sejenis kayu karai, tumbuhan asli Mentawai yang bagian ujungnya diruncingkan. Sipatiti adalah seorang lelaki, tidak boleh perempuan. Sebelum pembuatan tato, harus diadakan punen patiti (upacara pentatoan) yang dipimpin sikerei.

Upacara yang dilakukan dengan menyembelih beberapa ekor babi ini harus dibiayai orang yang di tato dan dilakukan pada awal pentatoan. Membuat tato di Mentawai dilakukandalam tiga tahap. Tahap pertama pada saat seseorang berusia 11-12 tahun, pentatoan dilakukan di bagian pangkal lengan. Tahap kedua usia 18-19 tahun dengan menato bagian paha. Tahap ketiga dilakukan setelah dewasa.

Proses pembuatan tato memakan waktu dan diulang-ulang. Tentu saja hal itu menimbulkan rasa sakit dan bahkan menyebabkan demam. Seiring masuknya pengaruh budaya Kristen dan Islam di Mentawai, tradisi bertato saat ini mulai ditinggalkan. Jika dulu orang yang bertato dianggap sebagai lambang orang yang sehat dan kuat di Mentawai, kini anggapan itu sudah bias. (*/M-l)

dikutip dari: http://bataviase.co.id/